Minggu, 05 Februari 2012

Analisa Proses Penggorengan Keripik Tempe Tinjauan dari Frekuensi Penggunaan Minyak Goreng


Wahyu Mushollaeni
Program Studi Teknologi Industri Pertanian,Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Jurnal Agroekologi Vol 27 No 3 Juli 2010 ISSN: 1412-100X p. 437-442
Ringkasan
Proses penggorengan merupakan salah satu tahapan yang sangat penting pada keripik tempe (Sulistyowati, 2004), karena  dalam proses penggorengan  sebagian minyak goreng diserap oleh bahan pangan yang digoreng, sehingga  berpengaruh pada  cita rasa dan aroma makanan (Muchtadi, 2000). Pada proses penggorengan akan terjadi pemanasan minyak pada suhu tinggi yang dapat menyebabkan perubahan kimia minyak. Perubahan yang terjadi adalah terbentuknya peroksida yang selanjutnya mengalami dekomposisi menjadi karbonil dan aldehid.  Pemanasan minyak secara berulang-ulang pada suhu tinggi dan waktu yang cukup lama dapat menghasilkan senyawa polimer dalam minyak, sehingga minyak akan cepat teroksidasi jika mengalami kontak dengan udara Dampaknya adalah minyak menjadi tengik, turunnya nilai gizi, dan merusak tekstur serta flavor bahan pangan yang digoreng (Wijana, dkk,. 1995) serta terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) pada produk olahan yang menyebabkan flavor yang tidak enak dan dapat meracuni tubuh  (Ketaren, 1986). Begitu pula pada pengolahan produk yang memanfaatkan  minyak goreng  seperti keripik tempe, terdapat kecenderungan penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang  untuk efisiensi biaya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui efektifitas dari penggorengan keripik tempe ditinjau dari frekuensi penggunaan minyak goreng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi terbaik dari penggunaan minyak goreng pada proses penggorengan keripik tempe, yang dapat menghasilkan keripik tempe dengan kualitas terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penggorengan keripik tempe berpengaruh terhadap  kualitas keripik tempe yang dihasilkan dan hasil perhitungan menggunakan metode indeks efektifitas menunjukkan bahwa alternatif perlakuan terbaik  yang dipilih adalah pada frekuensi penggorengan keripik tempe kedua, dengan nilai FFA 0,464%; kadar air  4,640%; kadar lemak 30,806%; aroma 3,88; warna 4,00; dan rasa 3,96.
Kata Kunci: keripik tempe, penggorengan, frekuensi, minyak
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar